BALIKPAPANUPDATE – Coordinator of Community Enterprise Development Departemen Yandi Rama Krisna mengatakan masalah sanitasi (kebersihan), PT Berau Coal membantu untuk bisa membeli produk mereka dengan harga kompetitif.”Kami punya prosesing, dimana madu ini kita coba endapkan secara proses fisiknya, kemudian kita proses pengecekkan quality dari P-IRT, BPPOM sampai logo halalnya. Kemudian dikemas menjadi beberapa produk dari 250 ml, 300 ml sampai 1 liter, sehingga pasar kami nanti bisa memilih jenis madu apa yang akan mereka beli, ” terangnya.
Yandi mengatakan untuk madu ada 3 jenis, yaitu Madu Hitam, Madu Suling dan Nadu Nyamut.”Dinamakan Madu Suling karena lebahnya mengonsumsi bunga akar suling. Madu Nyamut karena lebahnya mengonsumsi bunga akar nyamut, dan madu hitam belum diketahui pasti pakan lebahnya. Tetapi berasal dari tanaman keras seperti mahoni dan ulin, Produk unggulannya kita disini yaitu madu hitam, karena khasiatnya di tubuh cukup manjur untuk stamina tubuh, ini saya rasakan sendiri,” kisahnya.
Kemudian produk unggulan Berau Coal kedua yaitu Cacao.”Saat ini Cacao menjadi produk unggulan pertama di Berau Coal, kita saat ini mempunyai 113 petani di 200 hektare lahan. Para petani menanam Cacao mulai dari tahun 2010. Sama seperti rumah kemas, setelah panen di tahun ketiga dan tahun keempat petani bingung mau dijual kemana, akhirnya kami mendirikan salah satu pabrik pengolahan biji Cacao rekomendasi karena itu yang menjadi pasarnya untuk cokelat-cokelat jenis premium,” ungkapnya.
Diakuinya, untuk produk tersebut memang belum mempuyai pabrik olahan cokelat sendiri di Berau. Berau Coal dibawah Sinarmas Group sudah membeli pabrik cokelat tapi adanya di Bandung.”Dari Bandung- pun masih proses jadi kami mempunyai beberapa buyer, jadi di Indonesia itu ada dari Bali, Makassar, Malang, Bandung dan Bogor. Disini ada produk yang cokelatnya dari Berau dikirim ke pabrik di Bali, kemudian dibeli kembali untuk dipasarkan disini,” jelasnya. (ADV/Kominfo Kaltim)