BALIKPAPANUPDATE – Selain minyak goreng Salah satu komoditi yang sedang ‘hot’ dalam beberapa waktu terakhir ini adalah LPG 3 kg. Direktur Utama PT Pertamina Wicke Widyawati di Jakarta bahkan menyebut LPG 3 kg digunakan oleh 93 persen penduduk Indonesia. Hal itu kemudian menyebabkan di banyak daerah harga tabung gas melon menjadi mahal dan terkadang sulit dicari. Padahal Pemerintah tetap menetapkan subsidi BBM dan LPG tahun 2022 sekitar Rp77,5 triliun. Angka yang sangat besar. sangat disayangkan bila penyaluran subsidi ini tidak tepat sasaran.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Provinsi Kaltim HM Yadi Robyan Noor mengatakan 93 persen pengguna tabung gas melon yang diperuntukkan bagi masyarakat tidak mampu itu sudah tepat sasaran “Artinya, subsidi harus dinikmati oleh masyarakat yang berhak menerima, bukan orang yang mampu“ kata Roby belum lama ini.
Roby menjelaskan pemerintah mengatur tabung gas melon bersubsidi itu sejatinya diperuntukkan bagi rumah tangga miskin dan para pelaku usaha mikro yang beromzet maksimal Rp 833 ribu per hari. Untuk Kaltim sendiri, Roby menegaskan bahwa stok LPG 3 kg cukup aman dan tersedia dan Target penerima akan disesuaikan dengan Data Terpadu Sosial Kesejahteraan (DTSK) dari seluruh Indonesia.”Yang pasti, kuota selalu lebih. Harapan kita masyarakat yang berhak saja yang membeli. Yang tidak berhak jangan beli gas bersubsidi lah, Estimasi stok cukup tersedia hingga 20 hari ke depan. Kami siap operasi pasar bila ada daerah yang defisit berat,” Terangnya,
Dari Jakarta juga dikabarkan, pemerintah akan segera mengambil langkah untuk mengubah skema penyaluran subsidi LPG 3 kg menjadi berbasis target penerima. Subsidi tidak akan lagi diberikan kepada komoditi/barang, tetapi langsung ke target penerima. Pemerintah telah melakukan kajian bahwa penyaluran subsidi LPG 3 kg kurang tepat sasaran, karena masih banyak warga mampu juga ikut berburu tabung gas bersubsidi tersebut, akibat disparitas harga dengan tabung gas nonsubsidi yang sangat jauh. (dk/bu)