Pesta demokrasi Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 yang dimulakan September mendatang, diprediksi bakal mendorong tingkat konsumsi masyarakat. Melanjutkan tren apik di akhir semester I 2018.
Diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis tingkat konsumsi rumah tangga Indonesia pada kuartal II 2018 mencapai 5,14 persen. Ini merupakan capaian tertinggi sejak 2016. Tahun lalu, pada periode yang sama, pertumbuhan tingkat konsumsi hanya 4,95 persen.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai, masa kampanye yang dimulakan mulai September mendatang dapat mendorong tingkat konsumsi masyarakat.
“Konsumsi akan terdorong naik karena pemilu (pemilihan umum) serentak pilpres dan pileg. Belanja politik parpol (partai politik) dan pemerintah akan jorjoran. Kebijakan pemerintah juga lebih populis dengan menaikkan bansos (bantuan sosial), dana desa dan subsidi BBM (bahan bakar minyak) di 2019. Yang serba populis akan boosting konsumsi,” ujarnya, Sabtu (11/8).
Tidak hanya itu, industri makanan dan minuman (mamin) juga akan merasakan dampak dari perhelatan pesta demokrasi. Tingkat konsumsi terhadap industri tersebut juga akan ikut naik. “Industri makanan minuman naik, komunikasi informasi, plus akomodasi perhotelan juga terangkat. Jasa periklanan ramai juga,” terangnya.
Hanya saja, lanjut Bhima, dirinya memperkirakan jika para pelaku usaha akan melakukan wait and see lantaran menunggu kepastian terkait kebijakan kepala negara selanjutnya. “Tapi di sisi lain, investasi akan wait and see khususnya investasi PMA (penanaman modal asing) jangka panjang. Mereka mau lihat siapa yang bakal terpilih dan regulasinya apa yang baru,” tandasnya.
SUMBER : prokal.co